LDR-nya Dengan Komunitas

Kacang


Kalo hubungan yang berjarak terparah itu menurutku bukan tentang jarak dengan orang tua. Namun jarak koordinasi, itu yang cukup berkesan untukku di kehidupan sosial di luar.

Mungkin karena saat ini jarak antara aku dan orang tua "Abah Mama" itu hanya 92 km. Umumnya ku tempuh dengan berkendara roda dua, paling cepat 2 jam perjalanan. Sebab tentang orang tua, aku lebih terdidik untuk memberikan sumbangsih tenaga. 

Namun karna sekarang sudah saatnya merantau agak jauh, aku lebih berpikir bahwa memang inilah caranya aku bisa meningkatkan kualitas hidup orang tua, meminimalisir stress untuk mereka ketika melihat aku hanya duduk diam.

Di sisi lain aku merasa tidak nyaman jika di rumah saja, sebab energi yang keluar itu dua kali lipat.  fisik dan energi untuk mental, yaa wajar sih untuk anak laki-laki. Kamu adalah pejuang!

LDR - Ramadan Menulis Tema Day 4

Bukan LDR-an dengan abah dan mama, namun LDR dengan anggota komunitas adalah salah satu cerita yang menitikberatkan angan pada praduga terhadap sesuatu.

Corona membuatku belajar untuk tidak cepat menilai seseorang hanya dari profil singkat, status media sosial, atau bahkan cara dia memberikan tanggapan melalui pertemuan online.

Gak, hasilnya nanti cenderung mengecewakan!

Mungkin ini juga karna pengaruh pribadiku yang kadang terlalu cepat menilai sih. 

Sekolah hingga kuliah online, komunitas online, pertemuan online, hampir semua aktivitasku di tahun 2020 hingga 2022 adalah online.

Bergabung ke dalam lingkungan dua komunitas online, yaitu Ankaranesia dan COI Kepenulisan Etos ID. 

Mengajarkanku Makna Menghargai

Sebab semuanya dilakukan via chat whatsapp atau zoom meet, satu kata atau reaksi yang aku berikan di grup adalah sebuah kebahagiaan bagi si pemberi pesan.

Kalau rapat offline, itukan gampang ya memberikan reaksi. Minimal senyum atau mengangguk yang artinya masih mendengarkan.

Coba kalo online, kita gak bisa tau kondisinya si dia itu gimana! Entah tidur, mendengarkan atau tidak, senyum atau tertawa, setuju atau tidak, sakit dan sebagainya. Gak bisa tau kalo cuma dibaca yang tandanya centang dua biru. Parahnya lagi ada yang cuma centang dua warna abu-abu :)

Sekarang pun kita sudah bisa tuh ya memberikan reaksi dengan emoticon tanpa mengirim sebuah pesan. Itu terobosan yang keren dan bermanfaat sih, khususnya buat yang malas mengetik :v

"ahh ga papa, aku ga perlu balas dan cukup baca aja!"

Heyy, kamu pikir kita peramal? Bisa tau kamu itu paham atau ndak, kerja atau tidur.

Pesan ini mengarahkan untuk memberikan saran, terus kamu cuma baca aja! 

Pernah gak sih kamu berpikir untuk coba merasakan apa yang orang lain rasakan ketika dia hanya "dikacangin". Kalo belum, coba deh ya! Karna jika selalu bodo amat dengan sesuatu itu juga jadi problem untuk kepekaan sosial kamu.

"Ini orang lagi apa sih? Dia lagi jalan-jalan aja ya atau gimana? Padahal update status bisa aja, terus pesannya terkirim tapi belum dibaca. Dia niat kerja satu tim gak sih?"

Banyak dugaan-dugaan yang gak baik terlontarkan tentang siapa sebenarnya kamu. Kamu itu siapa?? Apakah cuma sekedar foto profil:)

Itu aneeh siih!

Namun ketika bertemu secara langsung, "Ternyata dia ramah ya, ouuh dia sibuk di sini. Dia orangnya bisa aja nih menyampaikan pendapat. Baik kok!"

Ekspektasi terhadap seseorang yang kita temui online dan kemudian offline cenderung berbeda. Ini berdasarkan yang aku rasakan sih, kalo misalkan ada yang lain kasih tau aja ya!

Karna ketika offline kita bisa melihat sikapnya, raut wajahnya, penampilannya, dan sebagainya. Walaupun ada juga sih manusia yang manipulatif, it's okay itu hak dia. Kalo kita ya menilai sewajarnya dari yang kita lihat dan kenali aja. Menurutku gak ada yang salah selagi gak merugikan keduanya.

Intinya nih, supaya kehidupan online kita bisa tetap ramah layaknya kehidupan offline. Bisa saling menghargai, maka akan lebih nyaman komunikasinya, pekerjaan tim lebih mudah, gak saling iri.

Berdasarkan pengalaman pribadi yaa, ahahaa... Long Distance Relationship itu memang ngeri-ngeri sedap. Ada sesuatu yang akan gampang dihakimi ataupun dipuji.

Kita bisa membangun persepsi baik orang terhadap kita melalui media yang kita bagikan melalui story, feed, dan sebagainya. Atau melalui cara kita memberikan tanggapan terhadap sebuah pesan grup.

Komunitas online mengajarkanku banyak hal, menghargai agar tujuan grup dapat tercapai, menepati janji temu online, berusaha yang terbaik untuk memenuhi tanggung jawab walaupun gak dikasih briefing offline, belajar cara komunikasi dua arah, belajar memahami perasaan orang lain, bahkan hingga belajar memahami rasa kecewa ketika "dikacangi" orang satu grup padahal pesan itu penting "pake banget".

Istilahnya tuh makan hati setelah dikacangin ")

Banyak siih cerita suka duka komunikasi online ini, sebenarnya gak cukup hanya satu halaman, ahhaaaa. Namun aku berharap semoga sedikit banyaknya dapaat diambil buat jadi bahan evaluasi diri.

Ingat juga ini adalah apa yang aku temui, maknanya adalah kamu pasti punya pengalaman sendiri dalam hal ini. Kalo mau sharing, oke boleeh juga!

Sekian dulu hari ini, salah khilaf mohon maafkan. Ambil baik dan perbaiki yang buruk. - See you...    

Cerita sebelumnya : Bersyukur dan Percaya Diri

Post a Comment

Komentarin yuk (0)

Previous Post Next Post